Isnin, 28 Februari 2011

Sajak Kosong...





p/s: Gambar Sekadar Hiasan...



Kalau engkau hendak menemui aku
 Turutilah jalanku jangan jalanmu
 Jalanmu jalan nyata
 Jalanku jalan rasa...

 Berjalanlah engkau pada jalanmu
 Dan aku akan berjalan pula pada jalanku
 Usahakan kita sejalan, engkau dan aku
 Supaya tercapai yang dituju

 Kalau engkau mengatakan kita sejalan
 Engkau harus dapat membuktikan
 Bukti yang dimaksudkan
 Ialah kesanggupan untuk menurutkan

 Engkau mempunyai keinginan
 Aku mempunyai kesanggupan
 Engkau di luar aku di dalam
 Tempatmu di kiri aku di kanan

 Berjalanlah engkau pada jalanmu
 Untuk menjumpai aku lebih dahulu
 Dalam perjalanan kita bertemu
 Engkau dan aku

 Aku yang engkau jumpai di perjalanan
 Tidak akan engkau perdapat, kalau engkau tak tukar haluan
 Kerana di saat itu aku ke luar engkau ke dalam
 Dan untuk mendapat aku, jalanku yang akan diturutkan

 Berjalan pada jalanku
 Bererti engkau bersertaku
 Dengan jalan itu engkau akan mengenal aku
 Aku yang selama ini terahsia bagimu

Isnin, 21 Februari 2011

Mencari Cinta...

Alkisah pada suatu zaman,
hidup seorang lelaki yang mencari cinta,
namanya Arjuna.
Gunung tertinggi sanggup didaki,
seluruh daratan dijelajahi,
lautan juga sanggup diharungi,
semata-mata untuk mencari insan bernama WANITA.
Memang gila!
Si Arjuna tidak peduli gunung, daratan,
lautan, alam semesta ini milik siapa,
semuanya diterjah!
Di setiap tempat Arjuna berkata,
“Wahai wanita, cintailah aku.”


Dalam kisah yang lain,
seorang lelaki yang bernama Ibrahim juga mencari cinta.
Saat malam mulai menyapa alam,
tampak sebutir bintang.
Tidak lama kemudian bintang itu pun tenggelam.
“Aku tak menyukai yang tenggelam,” kata Ibrahim.
Beberapa saat kemudian,
terbitlah pula rembulan,
bersinar indah penuh kelembutan.
Namun, bulan juga hanya sesaat,
tersipu malu dengan keindahannya.
Azan subuh pun menguak kegelapan,
kokok ayam jantan membelah titisan embun pagi,
dan tidak lama kemudian keperkasaan mentari menerangi jagat raya ini.
“Inikah dia yang kucari?” tanya beliau sendirian.
Bukan... bukan itu, kerana mentari juga bersujud,
lalu merunduk sembunyi.

Kisah di atas adalah gambaran dua orang manusia si pencari cinta.
Di dunia ini, betapa banyak orang yang mencari cinta.
Namun jelas ada bezanya di sini,
antara lelaki yang bernama Arjuna dengan Ibrahim AS,
yang namanya termaktub indah di lembaran suci Al-Quran.

Arjuna mencari cintanya tanpa hala tuju,
tidak peduli apa-apa, yang dia fikirkan cuma mencari cinta wanita.
Salahkah si Arjuna kerana dia mencari cinta?
Memang fitrah manusia itu pasti merasakan cinta (QS. Ali Imran : 14).
Tapi apakah harus seperti itu?
Sehingga akal dan fikiran bagai tidak berfungsi,
bahkan hingga melebihi cinta-Nya!

Banyak kisah cinta sejati di dunia ini,
salah satunya adalah cinta Ibrahim yang tidak pernah pudar,
setelah mengenal dan mengetahui siapa yang patut menerima cintanya.
Beliau mengenal, dan kemudian sayang,
lantas jatuh hati kepada Maha Pencipta.
Maka itu yang dicintai juga berkenan menyambut cintanya,
bahkan menjadikannya sebagai khalilullah (QS. An-Nisaa' : 125).
Cinta di sini bukan cinta yang penuh kepalsuan,
emosi apa lagi berahi.
Namun cinta laksana mutiara yang memancarkan cintanya pada Rabb seluruh jagat raya ini,
mengaliri denyut nadi, helaan nafas serta aliran darah untuk tunduk dan patuh pada titah-Nya.
Cinta ini mestinya menepati kedudukan utama pada diri seorang muslim,
yakni cinta kepada Allah SWT, Rasul dan jihad di jalan-Nya.

Inilah cinta hakiki!
Dari nenek moyang kita dulu,
hingga sekarang,
banyak manusia yang telah jatuh cinta,
namun apakah cinta mereka dan kita
adalah cinta hakiki sebagaimana cinta mereka yang disebut ‘manusia langit?’

Adakah cinta kita adalah cinta seorang Sumayah binti Khayyath,
yang bersedia menjadi syahidah pertama dalam sejarah Islam
demi mempertahankan akidah yang dicintainya.

Ataukah, Ali bin Abi Thalib RA
yang rela ‘menyerahkan tubuh’
menggantikan Rasulullah SAW di tempat tidurnya
sewaktu Baginda keluar untuk hijrah,
sedangkan beliau tahu maut telah di depan mata mengancam jiwanya?

Atau pun Abu Bakar Shiddiq RA
yang tidak kalah ikhlas tangan dan kakinya
dipatuk binatang berbisa saat berdua dengan seseorang yang dicintainya?
Dia tidak ingin tubuh orang yang dicintai
dan dikasihinya tersentuh sedikitpun oleh
binatang-binatang yang berbisa itu.

Mereka hanyalah sedikit contoh daripada
orang-orang yang jatuh cinta dengan cinta yang sebenarnya.
Sebuah cinta sejati,
cinta hakiki yang akan mendapatkan redha Illahi Rabbi.

Maka,
sekarang kita pilihlah untuk menjadi siapa,
seorang Arjuna yang mencari cinta melulu,
atau seorang
Ibrahim AS,
Sumayah binti Khayyath,
Ali bin Abi Thalib RA
atau pun
Abu Bakar Shiddiq RA
yang mencari cinta sejati?

Jumaat, 11 Februari 2011

Saat Manusia Mulia menghadapi Sakaratul Maut

Maulidur Rasul akan tiba, semoga rasa cinta dan rindu kepada Rasulullah akan subur dalam sanubari setiap Muslim di dunia ni. 

RASULULLAH S.A.W. HADAPI SAKARATULMAUT...

Ada sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benar cinta yang dicontohkan Allah melalui kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbatas memberikan kutbah, 

"Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua perkara pada kalian, Al Qur'an dan Sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama aku."

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam.


Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba.
"Rasulullah akan meninggalkan kita semua," keluh hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. Di saat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu.

Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam.

"Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk,

"Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah,"Siapakah itu wahai anakku?"

"
Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.


"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikat maut,"
kata Rasulullah.

Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.


"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?"
Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.

"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu,"
kata Jibril.

Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.


"Engkau tidak senang mendengar khabar ini?"
Tanya Jibril lagi.

"Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"


"
Jangan khuatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.

"Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."
Perlahan Rasulullah mengaduh.

Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.


"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?"
Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.

"Siapalah yang sanggup melihat kekasih Allah direnggut ajal,"
kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi.


"Ya Allah, dahsyatnya maut ini, timpakan saja semua seksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku."


Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.


"Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku."

-peliharalah solat dan peliharalah mereka yang lemah di antaramu.-


Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.


"Ummatii, ummatii, ummatiii.."

-Umatku, umatku, umatku..-

Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. Ramai antara kita yang mengalirkan air mata menonton filem di TV, tapi berapa ramai yg menangis membaca kisah saat akhir Rasulullah ini? 

Renung²kan dan Selamat Beramal...

 

Rabu, 9 Februari 2011

12 Jika, Ditanah Mesir

-Jikalau saudara-saudara Yusuf tidak mengkhianatinya sudah pasti Yusuf tidak akan dibuang ke dalam Jubb (telaga).
 
-Jikalau Yusuf tidak dibuang ke dalam Jubb,pasti musafir tidak akan menjumpainya.
 
-Jikalau Musafir tidak menjumpainya,pasti Yusuf tidak akan dibawa ke Mesir.
 
-Jikalau Yusuf tidak dibawa ke Mesir,pasti Yusuf tidak akan dibeli oleh Qithfir.
 
-Jikalau Qithfir tidak membeli Yusuf,pasti Yusuf tidak akan bertemu dengan Zulaikha.
 
-Jikalau Yusuf tidak bertemu dengan Zulaikha,pasti Yusuf tidak akan digoda olehnya.
 
-Jikalau Yusuf tidak digoda Zulaikha,pasti Yusuf tidak akan difitnah oleh Zulaikha.
 
-Jikalau Yusuf tidak difitnah,pasti Yusuf tidak akan dimasukkan ke dalam penjara.
 
-Jikalau Yusuf tidak masuk penjara,pasti yusuf tidak akan bertemu dengan 2 orang pelayan Raja Mesir.
 
-Jikalau Yusuf tidak bertemu dengan pelayan Raja Mesir, pasti Yusuf takkan bertemu dengan Raja Mesir lalu mentafsirkan mimpi 7 ekor lembu gemuk dimakan oleh 7 ekor lembu kurus dan 7 tangkai tanaman hijau dan yang selebihnya adalah kekeringan dan kekuningan.
 
-Jikalau Yusuf tidak mentafsirkan mimpi raja dan menyelamatkan Mesir dari kemarau,pasti Mesir tidak akan terhutang budi pada Yusuf.
 
-Jikalau Mesir tidak terhutang budi,pasti Yusuf tidak akan dilantik menjadi Pemerintah Mesir."